1. Penyair
yang lebih sering menggunakan kata-kata warna dalam puisinya!
a. Chairil Anwar
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar
dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
b. Teunku Amir Hamzah Pangeran Indra Putra
Panji di Hadapanku
Kau kibarkan panji
dihadapanku
Hijau jernih diampu tongkat
mutu-mutiara
Di kananku berjalan, mengiring
perlahan, ridlamu, dua sebaya, putih-putih, penuh melimpah, kasih persih
2. Ciri-ciri
khusus dalam pemilihan kata yang digunakan oleh :
a. Taufik
Ismail
Menurut Pradopo (1993:54) diksi adalah pemilihan kata
dalam sajak. Dalam Angkatan 66 tampak suatu gejala umum yakni lebih cenderung
kepada kalimat panjang, sederhana dan jelas. Pada puisi Angkatan 66 banyak
mengungkapkan kata-kata yang berisi pembelaan secara keras terhadap kelompoknya
dan kecaman keras pada pihak yang dikritik, karena puisi Angkatan 66 yang yang
bertemakan protes sosial. Untuk pihak yang dikritik, para penyair menggunakan
kata-kata yang kasar atau umpatan.
...
Hari ini kita serahkan mereka
Untuk digantung di tiang keadilan
Penyebar bisa
fitnah dan dusta durjana
Bertahun-tahun lamanya
...
(Taufiq Ismail, Kemis Pagi)
Sebaliknya untuk pihak yang dibela penyair menggunakan
kata-kata yang manis dan penuh pujian. Salah satu contohnya dalam puisi Hartoyo
Andangjaya yang berjudul ”Rakyat”. Dalam puisi ini penyair menyebut bahwa
rakyat adalah darah di tubuh bangsa dan debar sepanjang masa. Rakyat mempunyai
peranan penting bagi negara.
...
Hari ini kita tangkap tangan-tangan Kebatilan
Yang selama ini mengenakan seragam kebesaran
Dan menaiki kereta-kereta kencana
Dengan suara lantang mempertasanamakan
Kawula Dukana yang berpuluh
juta
...
(Taufiq Ismail, Kemis Pagi)
Denotasi
Menurut Altenbernd dalam Pradopo (1987: 58), denotasi adalah artinya yang
menunjuk. Yaitu pengertian yang menunjuk benda atau hal yang diberi nama dengan
kata itu, disebutkan, atau diceritakan. Taufiq Ismail menggunakan denotasi pada
puisinya yang berjudul ”Kembalikan Indonesia Padaku”.
...
Kembalikan
Indonesia
padaku
...
(Taufiq Ismail, Kembalikan Indonesia Padaku)
Konotasi
Menurut Pradopo (1987: 58), konotasi yaitu arti tambahannya. Yaitu kumpulan
asosiasi-asosiasi perasaan yang terkumpul dalam sebuah kata diperoleh dari
seting yang dilukiskan itu. Misalnya dalam puisi ”Kemis Pagi” karya Taufiq
Ismail.
Hari ini kita tangkap tangan-tangan kebatilan
Yang selama ini mengenakan seragam kebesaran
Dan menaiki kereta-kereta kencana
Dan menggunakan materei kerajaan
Dengan suara lantang memperatasnamakan
Kawula dukana yang berpuluh juta
...
(Taufiq Ismail, Kemis Pagi)
Pada puisi ini, penyair mengajak pembaca untuk memberantas pemimpin yang
semena-mena. Yang menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan kepentingan rakyat.
b. W. S Rendra
SAJAK MATAHARI
Oleh: WS Rendra
Matahari bangkit dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
Kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahari adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !
Yogya, 5 Maret 1976
Potret Pembangunan dalam Puisi
ΓΌ Citraan dalam Puisi “Sajak Matahari”
Citraan
yang telah dianalisis pemakalah dalam puisi Sajak Matahari yaitu citraan
penglihatan, citra perabaan, citra gerak, dan citra perasaan.
1. Citraan Penglihatan (visual imagery)
Citraan ini dapat
dilihat pada bait pertama dan baris ketiga dan keempat puisi tersebut.
…Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di
cakrawala…
Kemudian pada bait
ketiga puisi tersebut.
…Satu juta lelaki
gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia…
Dari beberapa
penggalan bait puisi tersebut diatas, dimana seorang penyair menginginkan bahwa
apa yang ia rasakan, juga dirasakan oleh pembaca mengenai semangatnya yang
membara, bersahaja, yang tak kenal lelah hingga dunia tergentar dan terbakar
karena semangat itu.
2. Citra Perabaan (tactile imagery)
Citraan
pendengaran yang terdapat pada puisi ini yaitu dapat dilihat pada bait pertama
baris kedua.
…Menyentuh
permukaan samodra raya…
Kemudian pada bait
ketiga baris ketujuh yaitu.
…tubuh mereka
menjadi bara
dan
mereka membakar dunia…
Pada bait-bait ini dimana penyair memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa
seseorang harus memiliki keinginan dan kemauan yang besar untuk menggapai
sesuatu, hingga menjadi bara yaitu mengindikasikan semangat yang membara
tidak kenal putus asa.
3. Citra Gerak
Citraan
gerak dalam puisi karya WS Rendra ini yaitu terdapat pada penggalan bait
pertama dan ketiga yaitu sebagai berikut:
…Matahari bangkit
dari sanubariku…
…Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara…
·
4. Citra Perasaan
Citraan ini pada
puisi Sajak Matahari dapat dilihat pada bait pertama yaitu.
Matahari bangkit dari sanubariku…
Disini
penyair menggunakan perasaannya sebagai penyampaian imajinya terhadap
gambaran-gambaran masa pembangunan, yang membuat ia mencoba bangkit dari
keterpurukan.
c. Chairil Anwar
Puisi
Chairil Anwar di atas menggunakan kata-kata khas puisi, bukan kata-kata untuk
prosa ataupun bahasa sehari-hari. Tentu saja tidak semua kata-katanya khas
puisi, pasti ada kata-kata yang jelas seperti dalam prosa atau bahasa
sehari-hari. Kalau semua kata-katanya khas puisi, puisinya menjadi gelap dan
sulit dipahami.
Dari
puisi "Doa" tersebut ada beberapa kata yang sulit ditafsirkan secara
langsung, seperti termangu, menyebut nama-Mu, susah sungguh, Caya-Mu panas
suci. Kerdip lilin, kelam sunyi. Kata-kata tersebut tidak bermakna lugas tetapi
bermakna kias
Kata-kata yang
dipilih penyair dipertimbangkan betul berbagai aspek dan efek pengucapannya.
Tidak jarang kata-kata tertentu dicoret beberapa kali karena belum secara tepat
mewakili gelora hati penyair (dalam hal ini dapat dilihat naskah asli puisi
karya para penyair di Pusat Dokumentasi H.B. Yassin).
Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam memilih kata adalah sebagai berikut:
ΓΌ
Makna
Kias
Sudah
dijelaskan di depan bahwa makna kias dalam karya sastra banyak digunakan.Yang
paling banyak menggunakan makna kias adalah puisi. Di samping puisi di depan,
berikut ini dikutip dua bait puisi Ali Hasjmi, salah seorang penyair Angkatan
Pujangga Baru berjudul "Menyesal".
Pagiku hilang sudah melayang
hari
mudaku telah pergi
Kini
petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku
lalai di hari pagi
Beta
lengah di masa muda
Kini
hidup meracun hati
miskin
ilmu, miskin harta.
Dalam
puisi tersebut makna kias itu cepat dapat dipahami karena diberi jawaban pada
baris berikutnya. Kata "pagi" diberi jawaban "muda". Kata
"petang" diberi jawaban "batang usiaku sudah tinggi" (tua).
Dalam puisi Chairil Anwar berikut makna kias lebih sulit ditafsirkan (dari
judul "Aku").
Aku
ini binatang jalang
Dari
kumpulannya terbuang
...
...............................
Luka
dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga
hilang pedih peri (h).
Pembaca
harus menafsirkan makna lugas dari binatang jalang dari kumpulannya terbuang.
Ini dapat diartikan orang yang selalu bersikap memberontak dan berada di luar
organisasi formal. Karena yang sakit bukan fisik, tetapi jiwanya, maka “luka
dan bisa (akan) dibawa berlari. Terus berlari”.
d. Sutardjiti Calzoum Bachri
Sutardji
Calzoum Bachri memiliki ciri khusus dalam penggunaan kata-kata khas seperti:
ngiau, huss, puss, tiarap harap, burung paling sayap, laut paling larut, tanah
paling pijak, renyai, sangsai, ngilu, puri pura-puraku, anu, bajingan, tai,
pukimak, duri sepi, dupa rupa, menyan luka, pot, pagut, dukangiau, duhai
sangsai, waswas, o bolong, dan sebagainya. Kata-kata yang dipilih Sutardji
tersebut kurang lazim digunakan dalam puisi Indonesia, dalam puisinya banyak
kata-kata yang tidak bermakna diberi makna baru; dan juga digunakan untuk
mengungkapkan ungkapan yang bersifat estetis.
Karya-karya Sutardji Calzoum Bachri
BATU
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
batu mawar
batu langit
batu duka
batu rindu
batu janun
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati janji ?
Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan
hati takjatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan
seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku
mengeluh?
Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampa mengapa
gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk
diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai
sedang lambai tak sampai. Kau tahu
batu risau
batu pukau
batu Kau-ku
batu sepi
batu ngilu
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati
janji ?
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
BAYANGKAN
untuk Salim Said
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
direguknya
wiski
direguk
direguknya
bayangkan kalau tak ada wiski di bumi
sungai tak mengalir dalam aortaku katanya
di luar wiski
di halaman
anak-anak bermain
bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi
aku kan lupa bagaimana menangis katanya
direguk
direguk
direguknya wiski
sambil
mereguk tangis
lalu diambilnya pistol dari laci
bayangkan kalau aku tak mati mati katanya
dan ditembaknya kepala sendiri
bayangkan
5.
Aliran-Aliran
yang terdapat Puisi Saya
Pada umumnya hampir terdapat semua aliran dalam karya saya,
akan tetapi, Aliran yang paling dominan terkandung dalam puisi saya adalah
aliran romantisme, dengan aliran realisme karena pemilihan kata dalam setiap
larik puisi mengekspresikan tentang perasaan cinta, Seperti pengertiannya
Aliran Romantisme adalah aliran dalam karya
sastra yang mengutamakan perasaan. Romantisme ini timbul sebagai reaksi
terhadap rasionalisme yang menganggap segala rahasia alam bisa diselidiki dan
diterangkan oleh akal manusia.Romantisme dianggap sebagai aliran yang lebih
mementingkan penggunaan bahasa yang indah, mengawang ke alam mimpi. Pengalaman
romantisme adalah pengalaman yang hanya terjadi dalam angan-angan, seperti
lamunan muda-mudi dengan kekasihnya. Aliran
romantisme ini menekankan kepada ungkapan perasaan sebagai dasar perwujudan.
Hampir mirip dengan aliran romantisme, aliran realism menggambarkan kehidupan
dan kejujuran yang sempurna dan objektif.
RINDU
Benakku tak henti-hentinya melamunkan dirimu....
Tak gersang air mataku menangisimu..
Rindu dalam segenap kelaraan
Senja yang senantiasa memberi isyarat pada burung malam
Sejauh mata memandang, namun tak ku temukan bayang dirimu
Malam yang larut...
Cahaya rembulan tak dapat meredam kerinduanku
Dua musim, bayangmu tak pernah ku temui..
Serasa hati dalam dekapan kegalauan
Mencuak, menghadirkan kristal bening
Suara ditengarai ringkuk perih..
Ku putuskan untuk menggelar Sajadah..
Bersujud memohon doa, agar Tuhan
senantiasa menjagamu...
Mataku kini terpejam dalam tidur malam..
Sedikit demi sedikit asaku mulai memudar..
Berharap dalam mimpi aku bertemu denganmu...
Di peraduan bayang maya,
yang tak pernah dianggap nyata oleh segelintir orang..
Karena kau adalah harapanku...
SATYA
PANDI PRASITHA
Pagi yang kelabu....
Air mata terperah...
Kau pergi atas tuntutan pekerjaanmu...
Meninggalkan tanah kelahiranmu...
Seuntai peluru nan khas berbaris di
bahumu
Menenteng senjata ke medan perang
Kau tak tau jika sewaktu-waktu kau akan
ditembusi oleh peluru mu sendiri
Kau tak tau sedetik, atau semenit
kemudian maut akan menjemputmu..
Dahulu,, kau seorang bocah laki-laki,
kini...
Kau menjadi prajurit, senantiasa setia
terhadap pimpinan...
Sebagai pengawal bangsa dan Negara...
Kau tak akan pernah tergoyahkan...
Namamu kan selalu ku kenang....
NYANYIAN KESUNYIAN
Dari cerah langit
Air mataku jatuh
terperas,
Dari halilintar yang
menggemuruhkan rindu...
Dari halilintar yang
menyematkan badai..
Membuatku biru..
Lalu...
Hujan membasahi catatan penantianku di lembaran sore
Selembar daun dipetik
angin,
Melayang berhembus
bergantian..
Tak berhenti mendendangkan
ritme kesunyian..
......Teruntuk dirimu...... seseorang......
Kasih sayang ku legendakan.....
SEJENGKAL ISYARAT
Engkau boleh
tertawa......
Tertawakanlah aku!
Engkau boleh menghina.....
Hinalah aku!
Ya.. Memang itulah
kamu!!
Aku tau kamu
mendengar
Aku tau kamju melihat
Aku pun tau kamu....
sangat tau
Tapi... sayang sekali
kamu tak mengerti!
Tuhan memberiku
kelegaan..
Aku sangat puas!!
Terima kasih...
Terima kasih...
Aku lebih bisa
menertawakan kamu lebih keras lagi...!
ha ha ha ha ha....
LUKA
Perlahanku pijakkan kaki ku ditanah
Memandang sekitar pelupuk mata
Tak terhingga warna yang terlukis menjadi satu
Indah, namun mematikan
Berkali-kali jazad ini membenarkanmu
Semua perlakuan menjadi torehan luka
Semerbak bau nanah dari lukaku yang telah membusuk
Aku selalu tenggelam dalam duka
Duka dalam cinta yang tak terbalaskan
Kasih sayang yang deperlakukan seperti sampah
Suraaaaammmmm..... dalam malam yang enggan menjadi pagi
Air mata hanya sebagian dari kisah
Kisah tentang dirimu yg tak pernah menggapku ada
Namun ku anggap itu adalah caramu tuk mencintaiku
TERDALAM
Aku tidak marah karna kita putus,
aku hanya sedih karna aku tidak bisa
untuk melepaskanmu...
Aku tidak marah padamu karna tidak
mencintaiku,
tapi aku hanya marah pada diriku yang
masih mencintaimu...
Aku tidak marah karna kehilanganmu.
...
Aku hanya sedih, karna aku pernah
memilikimu..
Aku tidak marah karna aku tidak bisa
memilikimu.
Aku hanya sedih,karna aku tak tahu
apa yang sedang aku rindukan...
Aku tidak marah karna kamu telah
melupakanku,
Tapi aku sedih karna aku tak mampu
menghapusmu..
Aku tak marah karna kamu tidak akan
kembali padaku,
Aku hanya sedih karna aku masih
berharap kamu kembali...
Aku tidak marah karna aku
membencimu dan tidak
menginginkanmu,
Tapi aku sedih karna aku masih
mencintaimu dan menyayangimu..
SEJATIKU
Sepagi ini aku memandangmu
Ku lihat senyummu yang tampan
Kurasakan Auramu yang Syahdu
Terpatri dalam relung cintaku
Tatkala hatiku berkecambuk
Menahan rindu yang membujuk
Tlah lama ku tak menjenguk
Kau didalam rumahmu yang gubuk
Hanya bingkai yang mampu menggambarkan
Cintaku yang tak pernah tergantikan
Hanya pintamu yang selalu ku ngiangkan
Mengingatmu meski kau tak lagi bisa ku dapatkan
Cintamu gugur
Bersama jasadmu yang terkubur
Akan slalu ku kenang namamu
Namun aku tak berjanji kau yang terakhir tinggal dihatiku
INDONESIA
Negeri yang elok akan keindahan alamnya
Subur, Hijau seperti Zambrud
Pegunungan dan bukit-bukit menghiasi bagai Ruby
Ribuan pulau, dengan sensasi eksotis
Ribuan suku dengan keramahannya
Indonesiaku....
Tak henti-hentinya kau gerogoti oleh tikus-tikus kotor
Perihatin akan masyarakatnya yang msih hidup dibawah garis kemiskinan...
Bencana yang memporak-porandakan bangunan
Meluluh-lantahkan harapan anak bangsa....
Oh... Indonesiaku...
Marilah kita bersatu...
Memulai hidup yang lebih baik
dengan harapan yang baru...
Bangkitlah wahai Indonesiaku....
Kembalikan semangat 45'
IBU
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarahi
Katanya untuk membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu...
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu…..
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun…..
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu….
Ibu….
Aku sayang padamu…..
Tuhanku….
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya…..
ASTAGFIRULLAH
ketika fajar mulai terbit,
ku ucap syukur kepada Tuhan yang
senantiasa memberi ku berkah di pagi buta
bersimpuh diatas sajadah di lima waktu
yang berbeda
aku selalu memohon ampunan dari-Nya
dosa yang pernah ku perbuat dimasa
lalu,
seolah bagai momok mengerikkan
digambaran neraka
yang tak habis-habisnya dibahasakan
orang
berulang kali bibir ini mengucap
Astagfirullah...
Astagfirullah...
Astagfirullah...
hanya kepada-Nya kami memohon
bersujud dan berdoa...
hingga akhirnya mata ini terpejam...
izinkan kami mengucap
Asyhaduallah Ilaha'Illallah
Waashaduanna Muhammaddarrasulullah
Laaa'ilahaillallah....