Kamis, 20 Desember 2012

UNSUR-UNSUR PEMBANGUN DALAM PUISI "RINDU"


RINDU

Benakku tak henti-hentinya melamunkan dirimu....
Tak gersang air mataku menangisimu..
Rindu dalam segenap kelaraan
Senja yang senantiasa memberi isyarat pada burung malam
Sejauh mata memandang, namun tak ku temukan bayang dirimu

Malam yang larut...
Cahaya rembulan tak dapat meredam kerinduanku
Dua musim, bayangmu tak pernah ku temui..
Serasa hati dalam dekapan kegalauan
Mencuak, menghadirkan kristal bening
Suara ditengarai ringkuk perih..
Ku putuskan untuk menggelar Sajadah..
Bersujud memohon doa, agar Tuhan senantiasa menjagamu...


Mataku kini terpejam dalam tidur malam..
Sedikit demi sedikit asaku mulai memudar..
Berharap dalam mimpi aku bertemu denganmu...
Di peraduan bayang maya,
yang tak pernah dianggap nyata oleh segelintir orang..
Karena kau adalah harapanku...


Struktur Fisik
·         Diksi: Pilihan Kata
Benakku tak henti-hentinya melamunkan dirimu....
Tak gersang air mataku menangisimu..
Rindu dalam segenap kelaraan
Senja yang senantiasa memberi isyarat pada burung malam
Sejauh mata memandang, namun tak ku temukan bayang dirimu

·         Pengimajian:
Senja yang senantiasa memberi isyarat pada burung malam
Sejauh mata memandang, namun tak ku temukan bayang dirimu
Serasa hati dalam dekapan kegalauan
Mencuak, menghadirkan kristal bening.(Air Mata)
Suara ditengarai ringkuk perih..             
(Tangisan)


·         Kata konkret:
Ku putuskan untuk menggelar Sajadah..
Bersujud memohon doa, agar Tuhan senantiasa menjagamu...
**Kutipan puisi diatas, sangat jelas menggambarkan keadaan atau suasana batin.

·         Bahasa Figuratif:
Di peraduan bayang maya,
yang tak pernah dianggap nyata oleh segelintir orang..
Karena kau adalah harapanku...
**Kutipan puisi diatas secara tidak langsung mengungkapkan makna, bahwa “peraduan bayang maya” artinya “mimpi” mimpi pada saat tidur itu terkadang tidak dianggap nyata oleh sebagian orang. Sedangkan “harapan” itu sendiri bermakna sesuatu yang penyair inginkan, atau bias disebut tujuan yang hendak dicapai.

·         Tipografi:
Biasa (dalam bait-bait)
Struktur Batin
·         Tema:
“Percintaan” (Seseorang yang sedang dilanda kerinduan pada kekasihnya)

·         Perasaan penyair :
Benakku tak henti-hentinya melamunkan dirimu....
Tak gersang air mataku menangisimu..
Rindu dalam segenap kelaraan
Senja yang senantiasa memberi isyarat pada burung malam
Sejauh mata memandang, namun tak ku temukan bayang dirimu
**Kutipan puisi diatas menggambarkan perasaan penyair yang sedang sedih, beserta tangisan yang diungkapkan melalui bait puisi pertama.

·         Nada dan suasana :
**Unsur ini tidak dapat ditentukan oleh penyair jika tidak dibacakan, melainkan dapat ditentukan oleh pembaca.

·         Amanat :
Ketika seseorang mengalami kesedihan diakibatkan karena kerinduan yang sangat mendalam, kita tidak boleh terus-terusan dalam kesedihan dan air mata, sebaiknya kita Sholat, dan meminta kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar ia selalu dalam perlindungan-Nya, betapa tidak? Sholat bisa membuat hati kita tenang, dan kepada-Nya lah kita senantiasa berharap.

ANGAN-ANGAN


Sutera putih dilembayung senja..
Bersama dengan penantiannya..
Mengadirkan semerbak aroma dari kembang tak bernama..
Dari bayang-bayang hitam yang tak berwujud..
Hanya sebuah catatan panjang..
Dari kesedihan dan kesenangan yang membekas…
Menggoreskan gambar yang tak bermakna di pasir putih…
Memoar indah yang tersapu ombak..
Tinggallah jadi cerita dimalam pengantar tidur sang putri…

Rabu, 19 Desember 2012

DOSA


Aku seperti kehilangan arah..
Dari utara yang tak berujung, aku datang dari barat..
Seperti jangkar yang enggan meninggalkan pelabuhan..
Aku tenggelam dalam dosa..
aku tak tahu bahwa jalanku serong..
seperti bayi yang tak mengenali ibunya..
aku tak mengerti…
perlahan-lahan ku tertawakan langkahku yang gontai..
sadar… dalam kegelisahan..
aku telah menjauhi Tuhanku…